Cinta Tumbuh di Halte

Cuaca hari ini cerah, aku duduk menunggu ojek di halte bus yang sudah berdebu. Mataku kosong menatap kedepan. Mengingat hal yang baru terjadi beberapa menit yang lalu. Siang itu aku habis selesai melamar pekerjaan di suatu perusahaan besar, aku tidak mau menyebut namanya tapi sebut saja Alfamart. Semua tes pekerjaan sudah kulalui, psikotes, interview, dll, dan alhasih aku harus menunggu panggilan kerja selama satu bulan kedepan jika memang diterima.

“ Wuzzz .. “

Suara mobil truck yang melintas dihadapanku, membuyarkan khayalan dikepala. Aku semakin resah karena belum ada satu ojek pun yang melintas. Tak lama, akhirnya datang juga ojek yang kutunggu.

“ Ojek dek ? “

“ Iya “

“ Kemana ? Eh ntar dulu, lu bisa bayar ga ? “

“ Ke terminal bang, ya bayar lah “

“ Hehe, ya udah, ayok “

Abang ojek semakin garing. Sesampainya di terminal aku langung menaiki bus trans, sungguh lama sekali diperjalanan, aku bahkan sempat tidur siang didalam bus tersebut.

Singkat cerita, sampailah aku di halte tujuan. Aku pun turun dari bus trans tersebut, untuk transit. Aku kembali menunggu di halte tersebut. Mataku kembali kosong menatap kedepan. Orang – orang berdesakan menunggu bus trans tujuannya masing – masing. Keramaian tersebut mengingatkanku kepada kenangan cinta lama yang sangat kurindukan.

GALAU

Perasaan itu yang ku alami. Aku tampak seperti orang kantoran yang baru pulang dari rutinitas hidupnya. Tak lama, halte pun semakin sepi, kemudian ramai kembali, bus trans terakhir yang datang menurunkan banyak penumpang. Entah mengapa, mataku memperhatikan setiap orang yang keluar dari bus tersebut. Tidak ada yang menarik. Mataku kembali menatap kosong kedepan. Dan tak lama, seorang wanita turun dari bus. Mataku berubah menjadi sangat fokus kepadanya.

“ Cantiknya … “

Bisikan dalam hatiku pun semakin menguat. Rambutnya panjang terurai, matanya sungguh indah, Terkadang dia menampakan senyum manisnya, dan yang membuat ku sungguh mempesona adalah lesung pipitnya yang menggugah hati. Dengan pakaian batik SMA nya dia sungguh mempesonaku. Dan batik tersebut memberikan aku suatu informasi, dia sekolah di SMA Negeri 3 Palembang. Hati ini makin meronta ingin berkenalan ketika ia kembali tersenyum. Ia ditemani oleh teman perempuannya. Sepertinya habis pulang sekolah. Ingin sekali aku menyapa dirinya

“ Hai, dirinya.. “

Aku terus berfikir bagaimana cara aku mengetahui namanya, aku sempat terfikir untuk membuka pertanyaan dengan bertanya

“ Dek, bawa balsam ? “

Namun niat itu aku urungkan, karena untuk apa juga aku bertanya balsam. Sangat lama aku berfikir bagaimana cara mengawali perbincangan.




Aku sempat memfotonya secara diam – diam, walaupun hanya tampak dari belakang. Namun itu cukup untuk mendokumentasikan bahwa aku pernah bertemu dengannya. Aku terus berfikir bagaimana caranya mengawali percakapan.

“ Semoga kita satu bus yang sama “

Itu harapanku saat itu. Dan tak lama bus tujuan ku pun datang, tak kusangka aku dan wanita tersebut satu jurusan. Senang sekali hatiku,

“ Siiittt….. “

Rem bus terdengar keras. Dia berdiri sangat dekat dengan pintu bus sehingga dia masuk duluan kedalam bus. Aku sangat senang bisa satu bus bersamanya. Namun ketika aku sudah didepan pintu bus, bang kenek bus pun berkata

“ Maaf, sudah penuh… yang lain tunggu bus berikutnya ya “


Kecewa, aku benar – benar kecewa, dia pergi didalam bus tersebut sedangkan aku ? aku kembali menatap kosong dibibir halte. Satu yang kusesali, mengapa aku tak berani membuka pembicaraan. Dan harapanku saat ini, semoga aku bisa bertemu dengannya lagi.
tapArrowSikonyols